Jumat, 15 Juli 2011

MASUK SEKOLAH, AJARAN BARU, SELAMAT DATANG DI ALAM HITAM

Bulan Juli sudah hampir habis, nampaknya ditiap gedung sekolah selalu ramai akan murid baru, artinya banyak yang daftar di sekolah tersebut guna mendapat ilmu atau hanya sebuah pengalaman ketersesatan, kenapa ketersesatan?? kita masuk sekolah sudah beberapa tahun lalu... atau mungkin berwindu-windu, dan ternyata apa yang kita dapat, dari mulai orde baru, telah di wajibkan untuk belajar 9 tahun, belajar disini dimaksudkan untuk masuk sekolah minimal SD/MI 6 tahun dan SMP/MTs 3 tahun. itu minimal.
dan ternyata apa yang terjadi?? setelah sekian tahun yang katanya menunnut ilmu yang katanya juga untuk kebutuhan masa depan, namun hal itu adalah omong kosong belaka. Bagaimana tidak, kita disekolahkan alurnya seperti ini, masuk sekolah ->pintar ->lulus dan dapat ijasah -> kerja/dapat uang/rezeki/sejahtera
Namun apa?? Sekolah resmi di gedung megah itu hanya membuang waktu dan biaya skolah itu sendiri, lihat saja out put dari hasil pendidikan Indonesia Raya? banyak lulusan S1 bahasa Indonesia, namun mereka juga latah bahasa Indonesia, berkepribadian tidak sesuai dengan bahas Indonesia yang diucapkan - ini hasil pendidikan sekolah!!!, saya juga lulusan S1, dan biaya untuk mencapai saya memakai toga tersebut, tidak terbayar oleh paska saya lulus, jika ditarik ke hukum ekonomi, saya justru mengalami kerugian. dan apabila ada jawaban, apakah hasil pendidikan sekolah tersebut hanya dinilai dari uang saja, saya jawab iya, kenapa, karena hampir semua instansi pekerjaan membutuhkan suatu stratifikasi pendidikan, misalnya, dibutuhkan sales celana dalam, spesifikasi lulusan SMA, mengerti pakaian dalam dan lain-lain.... lha tu kan ada SMA nya juga, dan bila ada jawaban yang berbunyi, di SMA juga di ajari tata cara perdagangan, saya tanya lagi. Seberapa Besar presentasi pendidikan yang mengajarkan tersebut?? lalu diteruskan jawaban, la mending dapat pendidikan sedikit dari pada tidak sama sekali, hahaha jawaban yang bodoh ya, jika mending dapat sedikit, kenapa pilih sedikit daripada banyak? mending kita belajar perdagangan langsung pada pedagang lontong atau pedagang soto aja, lebik praksis, aplikatif dan jelas. tau mengenai seluk beluk apa yang digeluti dalam bidang bahan perdagangan tersebut.
Hal itu masih dari satu poin lho..
poin yang lain adalah pendidikan di Sekolah itu tidak bermanfaat, misalnya saja contoh, anda diberi pembelajaran apa dalam lingkup sekolah tersebut? apakah saking banyaknya hingga tidak bisa dikatakan, hmmmm romantis sekali... atau malah bingun sebenarnya dibelajari apa di sekolah hingga tidak bisa mengatakannya.
Selanjutnya, bahan pelajaran disekolah saya rasa ada konspirasi dengan pihak asing sehingga kita yang aslinya manusia, dipaksa menjadi robot konsumtif penghasil uang dan kekuasaan mereka..!!
misalnya, beberapa tahun lalu, awal 2000 an, ya hampir 10 tahun lalu itu komputer masih terasa asing di mata sekolahan, dan sekarang dengan meningkatnya kemajuan zaman, telah banyak sekolah yang mempunyai komputer, dan bahkan, murid-murid punjuga ada yang punya dan saya salah satu korban komputer tersebut, karena saya punya. apakah salah, ya saya rasa tidak begitu, namun begini, pada dasarnya, siapakah pencetus komputer itu, pihak asing, dan kita belajar komputer buat apa??? supaya tidak ketinggalan lah... hmmm jawaban yang kurang tepat, menurut pandangan saya, kita di ajari komputer tersebut supaya kita membeli komputer yang mereka buat itu, apabila kita beli dan punya, otomatiskan mereka dapat uang, lalu meneruskan program-program komputer tersebut, dan kita yang mempunyai komputer tentu kepinginan kita update mengenai komputer tersebut... baik itu software, hardwaree, dan juga lain-lain. dan hal itu ternyata di dukung oleh pihak sekolahan/instansi pendidikan malah mendukung hal ini. aneh!!!
itu contoh dari satu bidang pelajaran, yaitu komputer, masih banyak lagi konspirasi yang berkedok ilmu di pendidikan tersebut,, dan mungkin saya sebutkan nanti... jika saya masih hidup dan bisa menggunakan kompi saya :P

Masih ada lagi, sadarkah anda, anda berdiri dimana? hidup dimana? membina negara?
ya ii pertanyaan untuk semua, pandangan umum jika kita tidak sekolah, maka akan dapat gelar Anak kurang Pendidikan, atau apalah yang jelas berarti negatif, namun jika didesa, tau apa tidak, mereka umumnya mencari pakan ternak dan membantu orang tua di ladang, itu yang orang tuanya petani, lah jika orang tuanya pedagang atau nelayan, pasti anaknya juga sedikit banyak mengerti apa yang digeluti orang tua mereka tersebut/ atau yang dijadikan wali mereka, na apa bila ada pertanyaan, atau perkataan lha jika mereka ikut orang tuanya hanya mencari pakan dan kesawah saja, apakah nantinya mereka harus seperti itu,,??status rendah begitu..???? hahaha ya jelas mereka akan menggelut
i itu, tapi hal itu jika memang berpikir, hal itu lebih baik, kenapa, lambat laun pasti mereka menemukan formulasi bagaimana cara mencari pakan dan bertani yang praktis, dan hal itu tentunya lebih membanggakan ditanah air ini, kenapa, karena Indonesia sejak dahulu terkenal dengan wilayah kelautan dan agrariannya, jadi mengapa tidak dioptimalkan..

Tidak jelek bersekolah itu, namun sistemnya atau pelaku sistem tersbut yang busuk jika kita atau anak kita bersekolah, usahakan bahwa pandangan mengenai tradisi Indonesia itu yang biasanya bersifat kuno seperti pertanian, perikanan, dan lain-lain yang lebih bersahabat dengan alam dan juga bisa mengoptimalkan kita (manusia Indonesia dan Tanah Air kita Indonesia)
cukup sekian renungan sakit ini, terima kasih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar