Selasa, 01 Desember 2009

Aneh: Tidak Makan dan Minum Selama 68 Tahun

Orang biasanya tidak makan dan minum paling banter hanya beberapa hari saja. Itu pun dalam kondisi khusus, misalnya sedang nglakoni sesuatu demi tercapai tujuannya. Dalam agama pun dikenal dengan istilah puasa yang hanya dilakukan dalam sehari semalam untuk jangka waktu tertentu. Puasa Ramadhan bagi umat Islam misalnya, dilakukan dari pagi sampai malam selama sebulan penuh. Tapi malam hari sampai sahur, mereka bebas makan dan minum.

Lain halnya yang dilakukan oleh seorang lelaki tua asal India yang bernama Polath Zani. Baru-baru ini ia mengatakan, bahwa dalam usia yang telah mencapai hingga 68 tahun, ia selalu tidak makan dan minum, juga tidak buang hajat kecil maupun besar. Manusia aneh ini membuat para dokter merasa bingung dan pusing, mereka sangat sulit memutuskan apakah perkataan lelaki ini benar atau tidak.

Menurut laporan AFP tanggal 24 November, Polath Zani, usia 76 tahun, tubuhnya menyelampaikan sari (pakaian khas India) merah, dan memakai anting. Saat ini, Zani sedang menjalani pemeriksaan di sebuah rumah sakit di barat India, pihak rumah sakit telah menghabiskan waktu lebih dari satu tahun baru dapat membujuk agar Zani mau ke rumah sakit, keajaibannya membuat 400 dokter di rumah sakit tersebut merasa bingung dan tak habis pikir.

Berita itu mengatakan, bahwa telah 10 hari Zani berada di rumah sakit, dan selama 24 jam penuh mendapat pengamatan secara ketat dan cermat. Dalam 10 hari itu para dokter telah yakin dan percaya bahwa Zani tidak berkata bohong, ia memang benar-benar tidak makan dan minum, juga tidak buang hajat kecil maupun besar. Namun, para dokter masih belum dapat membuktikan apakah selama 68 tahun di masa lampau ia juga terus “puasa” demikian.

Dokter mengatakan, tubuhnya memang benar-benar telah membentuk air seni, namun malah telah diserap kembali oleh kandung kemihnya, dan saat ini masih belum bisa memberi penjelasan yang ilmiah terhadap hal tersebut.

Keanehan semacam itu tidak hanya dilakukan oleh Zani, di India sebelumnya ada juga lelaki yang menjalani kehidupan serupa. Ia bernama Manojk, 64 tahun. Bedanya ia melakukan “puasa” selama 8 tahun di masa lalu, tidak pernah makan sebutir makanan pun, hanya menggantungkan pada air dan menerima pancaran sinar matahari untuk bertahan hidup. Dan saat ini, dia telah diundang ke Amerika oleh NASA, untuk diteliti, para ilmuwan ingin menyingkap misteri gaib yang terjadi pada lelaki India tersebut.

Manojk, adalah seorang insinyur mesin. Sejak tahun 1992, ia tidak lagi berselera makan nasi, dan sejak tahun 1995, ia tidak pernah lagi makan sepiring nasi pun, hanya bergantung pada air dan cahaya matahari sebagai penghidupan. Istrinya Wemulha mengatakan, “Setiap menjelang malam matanya harus menghadap ke arah matahari dengan kedap-kedip melihat selama satu jam, itu adalah makanan pokoknya, kadang kala ia juga akan minum sedikit kopi, teh dan beberapa zat cair lainnya.”

Menurut penuturan Manojk, ia baru memandang langsung ke matahari hanya ketika menjelang malam tiba. Sebab di saat demikian, sinar ultraviolet matahari tidak berbahaya terhadap tubuh, ia menyatakan bahwa cara dirinya menyerap energi matahari merupakan suatu cara ilmiah, namun para dokter memperingatkan dengan menyatakan, bahwa orang biasa jangan sekali-kali meniru cara Manojk, sebab memandang langsung matahari akan sangat mudah mengakibatkan kebutaan pada mata.

Jasad Biksu yang tak Hancur
Ada lagi keanehan lain. Jasad biksu luhur Vietnam, Vu Khac Minh yang hidup pada abad ke-17 di Provinsi Ha Tay, utara Vietnam, diketahui tidak rusak dalam posisi meditasi. Ilmuwan Vietnam mengatakan, bahwa jasmani Vu Khac Minh yang tidak busuk memiliki perbedaan yang sangat besar dengan mumi yang ditemukan di berbagai wilayah di dunia, yaitu isi rongga perut dan dadanya tetap tersimpan dengan utuh, hati, otak dan jantung semuanya dalam keadaan utuh.

Jika dijelaskan dari sudut ilmu pengetahuan, ini adalah sebuah keajaiban. Ini sekaligus juga menjelaskan terdapat perbedaan yang fundamental antara tubuh Vu Khac Minh yang tidak busuk dengan mumi yang biasa dibicarakan orang-orang. Mumi diperoleh dari pengolahan terhadap jenazah yang dilakukan manusia, sedangkan sejumlah besar biksu luhur justru mencapainya dengan bersandar pada diri sendiri melakukan kultivasi (termasuk di Tiongkok juga terdapat banyak biksu zaman dahulu yang jasadnya tidak membusuk).

Keadaan yang sama terjadi pada jasad Wu Yun Qing. Jubah almarhum tidak rusak, otot punggungnya masih tetap lentur. Di bawah sinar matahari, tampak kulitnya berwarna kemerah-merahan, kulitnya lembut, almarhum tampak berwibawa dan arif bijaksana, sama seperti semasa hidupnya dulu, berambut dan berjanggut putih. Seorang pakar antiseptik dari Jiuhuashan bernama Fengwanzhong pernah membuka jubah sang biksu lalu memencet bokongnya, terbentuk sebuah kubangan, tapi segera merata kembali. Ia terkejut dan berkata, “Umumnya orang mati dalam waktu belasan jam, sekujur tubuhnya akan menjadi kaku, selang 100 hari, daging dan tulangnya terpisah dan membusuk. Orang tua ini telah meninggal selama 823 hari, tubuhnya masih begitu lentur, sungguh sangat langka.”

Jubah dan kain putih yang membalut tubuh orang tua itu digunting, tampak tetap dalam posisi bersemedi sewaktu wafatnya, seluruh kulit tubuh tampak utuh, karena berjalan kaki telanjang sepanjang tahun, maka kapalan di kakinya terlihat jelas, kasar dan halusnya lengan kiri merata, tungkai lengan kanan terlihat menonjol, katanya akibat dipergunakan untuk bekerja sepanjang tahun.

Rahasia Hidup Kultivator
Bagi orang awam, apa yang dilakukan oleh Polath Zani dan yang terjadi pada jasad Biksu Vu Khac Minh kedengarannya aneh. Sebaliknya dalam komunitas kultivator, hal demikian dianggap wajar. Seorang kultivator ketika sudah sampai pada tingkatan tertentu, ke luar dari hukum duniawi, dia sudah tidak terpengaruh lagi hukum di dunia ini. Polath Zani sudah pasti seorang kultivator, dari posisi duduknya kelihatan. Ia mungkin menjalani kultivasi tertentu.

Master Li Hongzhi dalam buku Zhuan Falun pernah menyinggung tentang ‘berpuasa’. Menurut pendiri Falun Gong ini, sebenarnya Bigu (berpuasa) adalah suatu metode xiulian (latihan kultivasi) khusus yang digunakan dalam lingkungan yang spesifik. Dalam lingkungan spesifik bagaimana ia digunakan? Di Tiongkok kuno, terutama saat sebelum terbentuknya agama, banyak praktisi xiulian (kultivator) yang menggunakan suatu cara kultivasi rahasia maupun berkultivasi seorang diri, berkultivasi masuk ke dalam pegunungan yang jauh atau menyusup ke dalam gua, jauh terpisah dari orang banyak. Begitu berbaut demikian, segera akan terlibat masalah sumber makanan. Jika dia tidak menggunakan metode Bigu, sama sekali tidak akan dapat xiulian, pasti mati kelaparan dan kehausan di dalam.

Begitu juga dengan Biksu Vu Khac Minh yang jasadnya tak hancur. Posisi jasadnya dalam keadaan meditasi merupakan bukti dia seorang kultivator. Lihat juga kehidupan Wu Yun Qing yang tidak membusuk setelah meninggal. Pak tua Wu dikenal berpembawaan sopan, dan pernah belajar ilmu bela diri di kala remaja, gemar membaca kitab agama Buddha dan Tao, belajar ilmu Jin Ding Shen-dan ketika berusia 16 tahun di Taixingshan, saat 40 tahun meninggalkan Gunung Taixingshan berkelana ke berbagai tempat dan banyak berkenalan dengan kaum cendekiawan serta menyerap tidak sedikit ilmu kultivasi tingkat tinggi, kemudian menjadi pendeta di Huasan dan menekuni ilmu Nei-Dan-Gong dari Taoisme. Sehari-harinya dia bersemedi dengan teguh, di setiap kondisi selalu menyisihkan sedikit waktu untuk berlatih. (Selengkapnya lihat Era Baru edisi 09).

Kenapa seorang kultivator bisa mengalami keadaan semacam itu? Dalam buku Zhuan Falun secara jelas menyinggung tentang rahasia kultivator. “Di India, banyak master Yoga dapat beberapa hari duduk di dalam air, beberapa hari dipendam dalam tanah, membuat diri sepenuhnya diam di sana, kecepatan denyut jantung pun dapat dikendalikan. Misalnya sel manusia sehari membelah sekali, maka kultivator dapat membuat sel tubuh manusia dalam dua hari membelah sekali, seminggu membelah sekali, setengah bulan membelah sekali, bahkan waktu lebih lama membelah sekali, jadi dia telah memperpanjang hidupnya. Ini adalah metode Gong (energi kultivasi) yang hanya berkultivasi watak tanpa berkultivasi raga, ia juga dapat mencapai aspek ini, juga dapat memperpanjang kehidupan diri sendiri. Ada yang berpikir: “Bahwa jiwa manusia, satu siklus hidup manusia bukankah sudah ditentukan? Jika tidak berkultivasi raga bagaimana dapat hidup lebih lama?” Betul, karena tingkat praktisi latihan kultivasi yang menembus triloka dapat memperpanjang, tetapi penampilan luar terlihat berwajah sangat tua.

Lebih-lebih kalau seseorang juga berkultivasi raga, “Metode Gong yang benar-benar berkultivasi raga, materi energi tinggi yang terkumpul secara terus-menerus akan diakumulasikan ke dalam sel tubuh manusia, terus-menerus memperbesar densitas sehingga lambat laun akan menghambat sel manusia biasa, berangsur-angsur menggantikan sel manusia biasa. Pada saat itu akan terjadi perubahan kualitatif, orang itu pun tetap awet muda.” (Zhuan Falun)

Seorang yang berkultivasi watak dan raga sampai pada tingkat tertentu, tubuh juga akan digantikan dengan materi energi tinggi, sehingga dia bisa keluar dari lima elemen yang terdiri dari: metal, kayu, air, api dan tanah. Dalam buku Zhuan Falun dijelaskan, “Materi energi tinggi memiliki kecerdasan, ia memiliki kemampuan. Sekali ia sudah menjadi banyak, sekali densitasnya menjadi besar, setelah memenuhi segenap sel tubuh manusia, maka ia dapat mengendalikan sel tubuh fisik manusia, sel yang paling lemah itu, begitu terkendali maka sudah tidak akan terjadi metabolisme lagi, akhirnya secara total telah menggantikan sel tubuh fisik manusia. Tentu saja ini mudah saya ucapkan, jika ingin berkultivasi sampai tahap ini, adalah suatu proses yang lamban. Ketika kultivasi Anda telah mencapai tahap ini, segenap sel tubuh Anda telah tergantikan oleh materi energi tinggi semacam ini, Anda pikirkan apakah tubuh Anda masih terbentuk dari lima elemen lagi? Apakah masih berupa materi yang berasal dari lima elemen lagi? Apakah masih berupa materi yang berasal dari ruang kita ini? Sebenarnya ia telah terbentuk oleh materi energi tinggi yang dikumpulkan dari ruang lain. Sedang elemen De (substansi putih) itu juga merupakan materi yang berada di ruang lain, ia juga tidak terikat oleh medan waktu dari ruang ini.”

Dari segi medis, apa yang dilakukan oleh Polath Zani dengan tidak makan dan minum selama puluhan tahun jelas tidak bisa dipahami. Dr. Ari Fachrial Syam, Sp.Pd., dokter penyakit dalam dari RSCM Jakarta menyatakan bahwa secara teori kedokteran sangat sulit diterima. Sebab dalam medis mengenal sistem pencernaan makanan manusia yang dalam proses pencernaan tersebut dikenal adanya zat-zat yang dilepaskan, dibuang. Semakin lama massa dari sumber makanan dalam otot-otot semakin kecil karena akan dipecahkan oleh enzim-enzim dalam tubuh.

“Apabila tidak diproses demikian maka akan menyebabkan komplikasi karena sisa proses pencernaan tersebut mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh. Sistem organ manusia sudah sangat sempurna. Makanan yang masuk ke dalam tubuh dicerna dalam lambung melalui usus. Kandungan dalam makanan yang bermanfaat bagi tubuh tersebut diserap, sisa pencernaan yang tak berguna dan mengandung racun masuk ke usus besar untuk dibuang,” jelasnya kepada Era Baru.

Dengan demikian manusia sangat sulit sekali dapat bertahan hidup tanpa mendapatkan asupan makanan. Karena semua makanan yang masuk ke dalam tubuh langsung diproses dan dicerna dan dalam jangka waktu 6 jam akan terasa lapar lagi. Dengan kata lain daya tahan tubuh untuk bertahan tidak makan dan minum sangat terbatas. Di samping itu usus membutuhkan makanan sendiri langsung dari bahan makanan. Bila tidak mendapatkan zat yang dibutuhkan yang terkandung dalam makanan dengan kata lain “berpuasa” (tak makan dan minum) dalam waktu yang sangat lama, maka usus akan menciut yang akhirnya tidak dapat berfungsi. Dengan kata lain kemampuan usus untuk bertahan menjalankan fungsinya sangat terbatas.

“Ada teori yang menyatakan apabila tidak beraktivitas dan dalam cuaca yang energinya balance seperti binatang yang hidup di Eskimo dia makin lama dapat bertahan tanpa makan karena metabolismenya seminimal mungkin tidak terpengaruh apa-apa dan suhu sekitar tak mempengaruhi apa-apa. Artinya kebutuhan energinya sedikit sekali. Hal ini dapat meminimalkan kebutuhan kalorinya,” tambahnya.

Jadi secara umum kasus yang dialami Pollat Zani tersebut secara logika sulit diterima. Namun pada binatang tertentu dengan struktur anatomi tubuh yang berbeda ia dapat bertahan memperpanjang umurnya dengan tak makan-minum dan beraktivitas, dan energi yang terbuang minimal sekali. Apabila kalori nol maka secara teoritis dapat hidup dengan energi minimal. Artinya dapat bertahan hidup lebih lama karena energi yang dipakai sangat minim. Apalagi didukung oleh suhu sekitarnya yang seimbang sehingga tidak banyak mempengaruhi metabolisme tubuhnya. Tentu saja sistem anatomi manusia sangat berbeda dengan binatang, tidak sesederhana anatomi yang dimiliki binatang sehingga tak bisa disamakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar